Puisi Faisal Syahreza
Ke Tuhan puisi
Ke tuhan puisi
Aku sedekap
Mengucapkan takbir
Agar kata
Kata menjadi puasa
Dan setiap paragraph
Mampu aku uraikan sebagai
Musim yang dieja
Cuaca, dingin
Atau panas
Keringatku
Adalah doa
Ke tuhan puisi
Aku sujud
Keningku
Merendah
Dan sejajar dengan
Tetanah
Betapa
Aku menginginkan
Untuk
Terlentang pasrah
Digerogoti kepasrahan
Pelahan
Sebagaimana daunan
Dikunyah ulat-ulatan.
2008
Ke dewa bunga
Leluasa aku
Memotong
Rerumputan liar
Sebagai hama
Yang menyisir
Di sekitar
Engkau tumbuh
Dan aku serasa
Telah membuat
Lukisan
Lebih indah
Dari yang pernah
Dipandang para
kurator semesta
kini aku bisa
memandangimu
tanpa
harus
berebut
tempat mataku
menujum di indah
kelopak serta tangkaimu
yang tikam-menikam
hati
tapi, kau pungkuri
aku, katamu
telah merusak
segala siklus
dan kesemestian
bahwa aku tak
jadi apapun
tanpa mereka, katamu
padaku
dengan geram sekali
dan siap mengusirku
dengan segala cucuk
yang tumbuh di manapun
aku menanam cinta padamu.
2008
Ke tuhan laut
Masih aku
Menyisir
Pelabuhan
Sambil memunguti
Cangkang kerang
Dan bangkai perahu
Yang lama ditinggal
Nelayan
Sebagai bencana
yang merebut anak-istri
juga rumahnya
Kemudian
Aku menerjemahkan debur
Ombak
Sebagai dadamu
Dan aku rasakan
Asin lautan
Sebagai rasa
Yang tak pernah
Ingkar dari kasihmu
Masih aku menguburkan
Bagian tubuhku
Di pepasiran
Sebagai kiblat
Lautanmu telah
Menundukanku
Sebagai jemaat
Yang siap
Salat
Dengan telanjang dada.
Dan angin laut
Meresap, di
Poriku
Sebagai ziarah
Yang menyarang
Di kalbuku.
2008
Faisal syahreza, Penyair Cianjur ini sedang merampungkan pendidikannya di UPI, Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisinya tergabung di antologi sastra senja, SELALU ADA RINDU (2006, DKJ). Puisi dan cerpennya dimuat surat kabar daerah maupun nasional (Jurnal Nasional, Seputar Indonesia, Padang Ekspres, Lampung Post, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Jurnal Sastra Lazuardi, Majalah Sastra Horison Dll) Kini bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS UPI) dan Sanggar Sastra Remaja Indonesia, Horison.