Puisi Faisal Syahreza


Ke Tuhan Langit

Samar-samar

Wajahmu kulihat

Di tinggi

Putih-birunya

Dan aku

Tak sanggup

Merekam mozaikmu

Karena

Mataku

Hanya sempat singgah

Untuk

Menikmati

Dan terlena sebentar saja

Tapi

Mungkin

Perasaan telah

Lebih dahulu takabur

Sebagai mahluk

Paling sempurna

Aku kemudian

Tak sanggup

Lagi

Menangkap bayanganmu

Retinaku

Dan irisku

Terluka,

Seperti

Sudah saatnya

Saja. Agar aku

Relakan sepasang

Mataku gerhana.

2008

Ke Tuhan Puasa

Aku persembahkan

Puasaku

Yang kering

Kerontang

Tak berisi apapun

Padamu

Terimalah

Sebagai pakaian

Yang nanti aku

Pakai, dan

Mudah-mudahan

Akulah penjahit

Baju yang sempurna

Aku akan melenggang

Layaknya model

Yang dimanageri olehmu

Menuju jembatan

Siratalmustakim

Dengan langkah ringan

Tanpa gontai

Siap mabuk

Di sungai surgamu.

Yang tak pernah berhenti

Mengaliri

Khamer

Yang mampu

Membuat kepayang

Tujuhhari, tujuhmalam.

2008

Ke Tuhan Tetumbuhan

Ada dirimu

Di urat nadi batang pohonan

Juga

Asmamu

Di ucapakan

Embun

Di jatuhkan

Ke tanah

Olah daun,

Ziarah lagi

Aku pada makam

jejaknya

Yang mengenali

Kita sebagai

Mangsaannya

Di waktunya

Yang akan datang.

: kita tak tahu

Persisnya kapan

Ia menjemput kita

Dengan taring-cakarnya

Atau sentuh-lembutnya.

2008

Faisal syahreza, Penyair Cianjur ini sedang merampungkan pendidikannya di UPI, Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisinya tergabung di antologi sastra senja, SELALU ADA RINDU (2006, DKJ). Puisi dan cerpennya dimuat surat kabar daerah maupun nasional (Jurnal Nasional, Seputar Indonesia, Padang Ekspres, Lampung Post, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Jurnal Sastra Lazuardi, Majalah Sastra Horison Dll) Kini bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS UPI) dan Sanggar Sastra Remaja Indonesia, Horison.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel