Sajak Ferdinan De J Saragih

Upah Durhaka
Wajah tua dan kusut merana
Terbias dari pandangan seketika
Namum Seberkas bahagia membumbung
Dilubuk hati yang mendalam
Kau gores tanah yang kering retak
Rasa letih, tak pernah dikau hiraukan
Walau kadang tanah tak memihak
Semua dikau lakukan demi semata wayang
dia pergi dari pandangan
Menguai nasip dinegri seberang
Sedih dikau hilangkan sejenak
Demi hidupnya dimasa depan
Kini sudah ditemui angan-angan
Hidup mewah dengan tujuh bidadarinya
Lupa asal dan kelahiran
Hidup durhaka kepada yang melahirkan
Luka mendalam tak tertepis olehmu
Doa amarahmu dikau lanturkan
Sekejap badai bertiup kencang
Menghancurkan semua cerita kemasyuran
Bandung, Februari 2008
Kelahiranku Simalungun
Teringat masa lampau di kota siantar
Kota yang indah penuh kenangan
Mencari ilmu, cita dan pengalaman
Meraba cinta mengais sayang
Semua tempat memberi keromantisan
Walau berjalan kaki tak terasa melelahkan
Kini itu semua punah dan hilang
Seiring bergantinya jaman dikehidupan
Hutan dulu, sudah berubah rupa
Berganti ruko-ruko megah
Dihuni cina-cina buangan dari seberang
Sehingga bebas untuk berdagang
Orang-orang kini sudah bergeser
Menempati pinggiran, rumah mungilnya
Menjelajahi tanah kosong untuk dikais
Seperti anak ayam kehilangan induk
Menjadi pembantu ditanah asalnya
Bandung, September 2007
Parapat Simalungun
Masih terbuaikeindahan tak terselami
Hamparan air dan bukit diujung penglihatan
Menghilangkan penat dan duka
Mengikis segala karat yang menempel
Kini semua itu sudah berubah
Dulu indah sekarang tak menggugah
Hati yang penat semakin gundah
Semua karna sampah terburai hebat
Bukit yang menyatu oleh hutan
Kini punah oleh manusia serakah
Tak ada jasad yang dibanggakan
Dan semua hanya tinggal kenangan
Bandung, September 2007
Kesombongan
Merasa ayu
Sepertinya sudah terpatri dibenakmu
Menempel, menjadi daging tumbuh dihati
Mencemari syaraf-syarafmu
Selalu berkumandang dari bibir merahmu
Kucari kata pencerahan
Mengikis kesombongan itu
Menjauhkannya darimu
Mungkin tak mudah bagiku
Sebap rasa itu adalah jiwamu
Bandung, September 2007
Dikala Hampa
Tiada terasa
Arti hidup sebenarnya
Kalau kau
Tak selalu bersama
Aku tak tau kau dimana
Kau pergi entah kenapa
Apa kau tak pernah merasa
Cinta dariku yang sebenarnya
Kamu tidak pernah menganggapku
Sebagai kekasih
Apakah menurutmu
Hanya teman biasa
Seandainya dulu kamu bilang
Kalau kamu tidak mencintaiku
Ketulusan hati tak akan kuberi
Hanya untukmu
Tapi kamu harus tau
Aku hanya manusia biasa
Amarah bisa datang kapan saja
Dan jauh untukmu selamanya
Bandung, Oktober 2007
Ungkapan Maut
Betapa cantik
Betapa jelita
Betapa aku mencintaimu
Itulah rayuan gombalku
Sehingga kau tersipu malu
Dan menerima cintaku
Bandung, Nopember 2008
Karya anak sigodang,
fErdinAn dE j sArAgih, lahir di sigodang (sumatra utara) 4 desember 1988. menulis puisi dan cerpen.
Email; ferdinan@ymail.com
Hp; 085220010060
Terima kasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel